Jakarta, CoreNews.id — Pertumbuhan kredit perbankan saat ini masih lebih banyak dipengaruhi oleh sisi permintaan daripada penawaran. Permintaan kredit masih lesu karena masih di kisaran 7%, padahal Bank Indonesia telah memangkas suku bunga acuan secara signifikan dalam satu tahun terakhir. Selain itu, penempatan dana Rp 200 triliun di bank Himbara juga terbukti belum bisa mengerek pertumbuhan kredit secara berarti.
Hal itu disampaikan Direktur Ekonomi Digital Center of Economics and Law Studies (Celios) Nailul Huda di Jakarta (29/12/2024). Menurut Nailul, dengan kondisi tersebut maka dapat diperkirakan pertumbuhan kredit perbankan pada tahun depan tidak akan jauh berbeda dari tahun ini.
Hal sama disampaikan Wakil Direktur INDEF Eko Listiyanto. Ia juga memproyeksikan bisnis perbankan pada 2026 memiliki pertumbuhan yang hanya moderat. Permintaan kredit pada 2026 diproyeksikan tumbuh sekitar 9% secara tahunan, sedikit lebih baik dibanding tahun ini, namun belum cukup kuat untuk menopang target pertumbuhan ekonomi 5,4%. Dana pihak ketiga diperkirakan tumbuh moderat di kisaran 8%, di tengah tekanan biaya dana dan tingginya undisbursed loan akibat sektor riil yang belum pulih sepenuhnya. Dengan kondisi tersebut, kinerja perbankan tahun depan akan sangat ditentukan oleh perbaikan daya beli, efektivitas penyaluran kredit, serta kemampuan bank menjaga efisiensi di tengah pertumbuhan yang masih tertahan.*













