Jakarta, CoreNews.id – Banyaknya tanggal merah atau hari libur di Indonesia bisa mengganggu perekonomian domestik, khususnya kegiatan dunia usaha. Akibat banyaknya hari libur maka produksi di suatu perusahaan bisa menurun. Hal ini dikarenakan banyak karyawan yang harus diliburkan pada saat tanggal merah maupun cuti bersama.
“Karena bulan ini (Mei) saja liburnya banyak sekali, dua minggu lalu kan libur 3 hari, ini libur lagi 2 hari, ada hari kejepitkan sekarang. Terlalu banyak libur sih jadi kita harus memahami itu, karena kalau gak kan produksi mereka pada berkurang,” Ekonom Senior Raden Pardede, dikutip dari pemberitaan media nasional, Selasa (21/05/2024).
Menurutnya, libur keagamaan di negara lain lebih sedikit lantaran hanya beberapa agama saja yang diakomodasi. Oleh karena itu, dunia usaha di negara lain tidak terlalu berpengaruh oleh libur yang panjang sehingga tidak menganggu kegiatan dunia usaha.
Menurut Raden, banyaknya hari libur juga berpengaruh kepada murid-murid yang menempuh pendidikan.
“Sebetulnya bukan hanya berpengaruh kepada pekerja dan dunia usaha, juga kepada murid-murid juga, jangan-jangan jam belajar mereka juga berkurang dibandingkan murid-murid negara lain yang liburnya lebih kecil,” katanya.
Ia pun mengusulkan kepada pemerintah agar hari libur keagamaan bisa dikurangi. Hal ini mengingat banyaknya agama yang diakui pemerintah dan dampaknya bagi dunian usaha dan pendidikan.
“Jadi harapan saya kita harus memikir ulang namanya libur bersama. Bahkan, ini usal saya yang lebih besar mungkin ini masing-masing tokoh agama juga memikirkan jangan terlampau banyak juga libur keagamaan ini,” kata Raden.