Jakarta, CoreNews.id — Meningkatnya pembayaran alternatif buy now, pay later (BNPL) yang memungkinkan konsumen membeli barang atau jasa dan membayarnya di kemudian hari, menunjukkan masyarakat kelas menengah menghabiskan pendapatan hanya untuk konsumsi primer.
Hal ini disampaikan oleh Ekonom Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda di Jakarta, (26/9/2024). Menurut Nailul Huda, fenomena BNPL sesungguhnya memiliki dua sisi mata uang dari kacamata ekonomi. Hal ini karena konsumsi menyumbang 50 persen dari PDB. Ketika konsumsi turun drastis, maka ekonomi akan melambat. Menurutnya kembali, konsumsi masyarakat dari utang sebenarnya tidak ada masalah selama memiliki kemampuan untuk membayar.
“Yang jadi persoalan itu kemampuan bayar mereka jauh lebih kecil dibandingkan dengan pinjaman yang mereka gunakan. Gagal bayar yang pada akhirnya berdampak negatif ke ekonomi dan juga industri BNPL,” kata Huda.*