CoreNews.id, Jakarta – Kelompok milisi Perlawanan Islam di Irak mulai ikut menyerang Israel sebagai bentuk dukungan terhadap perlawanan milisi Hizbullah Lebanon dan Hamas Palestina.
Payung kelompok perlawanan di Irak tersebut pada Rabu (25/9) mengklaim telah menyerang pelabuhan Laut Merah Israel di Eilat.
“Perlawanan Islam di Irak menyerang target strategis di Eilat pada Rabu menggunakan pesawat tak berawak,” demikian pernyataan kelompok tersebut, seperti dikutip AFP.
Serangan kelompok ini telah dikonfirmasi oleh Israel. Setidaknya dua orang mengalami luka ringan imbas serangan Perlawanan Islam di Irak.
Apa itu kelompok Perlawanan Islam di Irak?
Perlawanan Islam di Irak (Islamic Resistance in Iraq/IRI) merupakan payung kelompok bersenjata di Irak yang terdiri dari sejumlah kelompok milisi.
Mereka yang tergabung dalam IRI di antaranya yakni Kataib Hizbullah, Harakat Hezbollah al-Nujaba, Organisasi Badr, Asa’ib Ahl al-Haq, Kata’ib al-Imam Ali, hingga Saraya Khorasani.
Seluruhnya merupakan milisi pro-Iran yang bersekutu dengan pemimpin tertinggi Ayatollah Ali Khamenei.
Perlawanan Islam di Irak juga dikenal sebagai bagian dari Pasukan Mobilisasi Populer (Popular Mobilisation Forces/PMF). PMF adalah organisasi payung yang disponsori oleh negara Irak, yang memiliki anggota sekitar 67 faksi.
PMF dibentuk pada 2014 dengan tugas memerangi ISIS.
Meski menjadi bagian PMF, aktivitas kelompok Perlawanan Islam di Irak tak selalu berada di bawah komando PMF. Sebab, beberapa faksi dalam PMF merupakan pendukung ulama Syiah Irak, Ali al-Sistani.
Menurut peneliti senior di Institut Timur Tengah, Randa Slim, kelompok Perlawanan Islam di Irak dibentuk untuk mengusir pasukan Amerika Serikat dari Irak dan Suriah.
Kehadiran IRI sebagai bagian dari PMF secara tak langsung bermanfaat, baik bagi IRI, PMF, maupun AS sendiri. Milisi IRI seringkali melakukan serangan atas nama PMF, yang kemudian dibantah PMF karena tak selamanya diperintahkan mereka.
Namun, ketika terjadi suatu kesalahan yang bisa saja dilakukan oleh PMF, payung kelompok itu tak akan begitu disalahkan karena ada IRI yang bisa dijadikan kambing hitam.
Aksi IRI memerangi AS sendiri sudah tak terhitung lagi. Salah satunya ketika IRI menyerang Tower 22 pada awal tahun ini yang mengakibatkan kematian tiga personel militer AS. Dalam serangan itu, 143 orang Amerika juga terluka, demikian dikutip dari Al Jazeera.