CoreNews.id, Jakarta – Sekitar 100 ribu orang turun ke jalan di Valencia, Spanyol, Sabtu (30/11/2024), dilansir dari Anadolu Ajansi. Aksi ini bertujuan untuk memprotes penanganan pemerintah daerah terhadap banjir besar yang melanda bulan lalu.
Menurut Anna Oliver, juru bicara aksi, hingga kini banyak wilayah masih hancur akibat bencana alam tersebut. Sementara itu, pemerintah dianggap tidak mampu menangani rekonstruksi dengan baik.
Banjir yang terjadi pada 29 Oktober lalu disebabkan oleh hujan deras bersejarah, menjadikan Valencia sebagai wilayah yang paling terdampak. Setidaknya 222 orang tewas di Valencia dan delapan lainnya di wilayah lain, sementara empat korban masih dinyatakan hilang.
Bencana ini dinilai sebagai banjir terburuk dalam sejarah modern Spanyol. Protes ini merupakan yang kedua kalinya dilakukan, dengan tuntutan utama agar Presiden Valencia, Carlos Mazon, mundur dari jabatannya.
Sebelumnya, sekitar 130 ribu orang juga menghadiri protes serupa. Mazon menjadi sasaran kritik karena gagal memperingatkan warga tentang banjir tepat waktu, yang menyebabkan banyak korban tewas.
Ia juga dilaporkan terlambat menghadiri rapat darurat karena sedang menikmati makan siang panjang saat banjir melanda. Hingga kini, Mazon belum meminta maaf atau memberikan penjelasan yang memadai terkait insiden tersebut.
Selain itu, kritik juga diarahkan pada lambannya respons pemerintah daerah. Ribuan anak belum kembali ke sekolah, dan banyak garasi serta ruang bawah tanah masih dipenuhi lumpur dan puing.
Bantuan untuk korban juga dianggap tidak memadai. Protes mengecam pemberian kontrak rekonstruksi kepada perusahaan yang memiliki catatan kasus korupsi.
Warga juga memprotes keputusan pemerintah menaikkan gaji perusahaan di tengah situasi krisis. Pemerintah pusat turut menjadi sasaran kritik karena dianggap gagal menekan pemerintah Valencia untuk bertindak lebih cepat.