CoreNews.id, Jakarta – Pemerintah Jepang mengumumkan akan terus menjual cadangan darurat beras hingga Juli 2025 guna mengendalikan lonjakan harga beras yang hampir dua kali lipat dibandingkan tahun lalu.
Menurut laporan AFP, Jepang mulai melelang beras dari cadangan nasional sejak bulan lalu—untuk pertama kalinya sejak program ini dimulai pada tahun 1995.
“Penjualan akan dilakukan setiap bulan hingga hasil panen baru tersedia di pasar,” kata Menteri Pertanian Jepang Taku Eto, Rabu (9/4/2025).
Faktor Lonjakan Harga Beras di Jepang
Harga beras melonjak karena beberapa faktor:
- Cuaca panas ekstrem pada 2023 yang merusak panen.
- Panic buying masyarakat setelah peringatan potensi gempa besar.
- Peningkatan jumlah wisatawan yang mendorong konsumsi beras.
- Dugaan penimbunan stok oleh pelaku usaha yang menunggu harga naik.
Hingga saat ini, pemerintah Jepang telah melepas 210.000 ton beras ke pasar. Lelang selanjutnya sebesar 100.000 ton dijadwalkan pada pekan ketiga April 2025.
Harga Beras Naik Lebih dari 100 Persen
Per akhir Maret 2025, harga beras ukuran 5 kilogram tercatat mencapai 4.206 yen (sekitar Rp482.516), atau naik 104,5 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Target Ekspor Beras Jepang 2030
Untuk jangka panjang, Jepang menargetkan peningkatan ekspor beras hingga 350.000 ton pada tahun 2030—atau naik hampir delapan kali lipat dari saat ini. Ini adalah bagian dari strategi nasional untuk:
- Mengatasi penurunan konsumsi beras domestik
- Meningkatkan efisiensi sektor pertanian
- Menanggapi tantangan demografi, seperti populasi yang menua dan menyusut
Dalam enam dekade terakhir, konsumsi beras di Jepang telah turun lebih dari 50%, seiring perubahan pola makan masyarakat yang kini lebih memilih roti dan mi.
Upaya Pemerintah Jepang
Dengan kebijakan pelelangan cadangan beras dan ekspansi ekspor, Jepang berusaha menjaga stabilitas harga, mendukung petani lokal, serta memperkuat daya saing pertanian di pasar global.