CoreNews.id – Rembulan menyerupai sebuah kapal yang datang malam hari, membawa seekor kelinci (sebagai muatannya) ke pulau Jawa. (1) Sebuah metafora dari Sumanasāntaka ini, merupakan salah satu dari banyak penggambaran mengenai sebuah kapal dalam tradisi Jawa.
Penggambaran kapal Jawa juga dicatat dalam banyak data lain seperti Prasasti Jeru-Jeru 930 M, Prasasti Sangguran 928 M, Hikayat Hang Tuah, Hikayat Raja-Raja Pasai, Hikayat Banjar, Duarte Barosa, Tome Pires atau pun catatan Kompeni pada abad ke-17. Mereka adalah kapal-kapal yang dimiliki Mataram, Majapahit, Demak dan Mataram. Seperti misalnya, Masunghara 2, Masunghara 3, perahu jung, malangbang, dan lancharan atau kelulus, serta contingh (perahu conting Jawa berukuran kecil dan bertiang satu), tiang (sejenis perahu besar), gorap, galjoot (perahu layar berukuran lebar dan datar dengan satu atau dua tiang), dan gallion.
Sayangnya penggambaran tersebut tidak menyertakan gambar kapal yang dimaksud, selain diskripsi singkat yang memerlukan banyak interpretasi. Menariknya, tradisi Jawa juga mengenal dua jenis kapal secara umum. Parahu dan banawa. Perahu menurut Balit B.8, merupakan kapal yang tanpa menggunakan kerangkai keseimbangan perahu atau tan patundana. Sementara itu banawa menurut Prasasti Kambang Putih adalah kapal yang memakai tundan atau kerangkai keseimbangan perahu.
Gambaran Kapal Dalam Relief Borobudur
Hingga saat ini para arkeolog dan sejarawan dalam mengangkat bentuk fisik kapal Jawa selalu merefensikan pada kapal-kapal yang terpahat dalam relief candi Borobudur. Relief tersebut menggambarkan kapal sebagai berikut.
Gambar Relief Borobudur Kapal 1
Sumber Foto: Avadana-Level-1-Thumb-00074

Gambar Relief Borobudur Kapal 2
Sumber Foto: Avadana-Level-1-Thumb-00116

Gambar Relief Borobudur Kapal 3
Sumber Foto: Avadana-Level-1-Thumb-00151

Kapal yang digambarkan dalam relief tersebut mengacu pada Prasasti Kambang Putih adalah banawa. Hal ini karena kapal tersebut, dilukiskan menggunakan tundan atau kerangkai keseimbangan perahu.
Kapal Jawa Dan Interpretasinya
Dalam penelitian Roger M. Johson dan Daniel M. Rosyid, gambaran tentang parahu atau perahu secara fisik, adalah perahu tradisional Madura yaitu perahu mayang. (2) Perahu mayang ini diyakini memiliki kesamaan dengan perahu jung. Terutama dari bentuk layar dan sistem kemudinya. Pengidentifikasian tersebut kiranya dapat dipahami karena tidak ada gambaran bentuk fisik kapal Jawa. Akibatnya, muncul beragam tafsiran terkait bentuk kapal Jawa.
Bentuk Kapal Jonque, Mayang, Jung (Pilu) Cina dan Jukung Versi Roger M. Johson dan Daniel M. Rosyid (3)

Sementara itu beberapa bentuk fisik kapal lain yang selama ini juga ditampilkan sebagai pembanding kapal Jawa adalah perahu kora-kora dan perahu sandeq. Sayangnya perahu tersebut, menurut data Melayu tidak termasuk kelompok perahu orang kaya dan ia tidak dicatat melintasi Malaka pada masa lalu. Penghadiran bentuk fisik kapal-kapal tersebut, membuat gambaran fisik kapal Jawa menjadi terdirtorsi dari bentuk aslinya, terlebih kapal-kapal tersebut disebut memiliki ciri Asia Tenggara, ciri yang diyakini sama untuk kapal-kapal Melayu dan Jawa.
Dari semua penggambaran yang dibuat para ahli, uniknya tidak ada satu pun penghadiran bentuk fisik kapal tipe ghali dalam kajian para arkeolog maupun sejarawan, yang kemudian dihadirkan kembali sebagai bentuk adanya jalinan konektifitas perdagangan pada masa lalu sebagaimana kapal Borobudur atau kapal Sandeq. Ghali atau galleon telah dikeluarkan dalam pembahasan dan dianggap sebagai puncak kreatifitas bangsa Eropa, dalam membangun sarana angkut laut. Sekalipun hal ini sangat keliru. Sebagai akibatnya, ruang kreatifitas dalam menginterpretasi dan kemudian mengelaborasi kapal Jawa masa lalu menjadi seperti terhenti.
Gambaran Kapal Jawa Menurut Manuskrip Panji
Di samping gambaran kapal menurut relief Borobudur, ternyata terdapat lukisan kapal Jawa di dalam manuskrip cerita Panji. Lukisan kapal Jawa tersebut merupakan ilustrasi cerita ditampilkan bersama ilustrasi pasukan yang berbentuk wayang. Ilustrasi ini, seakan luput dari perhatian para ahli, sehingga kapal Jawa yang termaktub dalam cerita Panji belum mendapat perhatian lebih.
Ilustrasi tersebut terdapat dalam Panji Jayakusuma, KBG 139, Koleksi Perpustakaan RI. Terdapat beberapa bentuk kapal dalam naskah tersebut, yaitu kapal dengan 3 tiang layar dan 2 tiang layar. Masing-masing kapal juga memiliki variasi bentuk layar yang berbeda.
Kapal Panji Jayakusuma 1

Dalam KBG 139 halaman 298-299, Jayakusuma dikisahkan berlayar ke Ngurawan setelah tinggal lama di kerajaan Cemara untuk mengabdikan diri kepada Raja Ngurawan Prabu Bahuwarni atau Lembumengarang. Kapal yang dilukiskan adalah kapal menggunakan 3 tiang layar, dengan layar persegi bertingkat 5, dan tiang layar belakang menggunakan layar yang bisa diputar atau gaffsail.
Kapal Panji Jayakusuma 1 ini sangat menarik. Ada bendera tiga warna: Abu-Abu, Putih, dan Coklat bata. Pada ujung tiang terdapat panji yang berkibar seperti panji di Gambar Relief Borobudur Kapal 3.
Kapal Panji Jayakusuma 2

Dalam KBG halaman 298-299, Jayakusuma dan pasukannya berlayar menuju Bali. Kapal yang dilukiskan adalah kapal menggunakan 3 tiang layar, dengan layar persegi bertingkat 3, dan tiang layar belakang menggunakan layar yang bisa diputar atau gaffsail.
Kapal Panji Jayakusuma 2 dilukiskan memiliki bendera tiga warna. Abu-abu, Putih dan Merah Bata. Selain itu di puncak tiang terdapat bendera tiga warna Abu-abu, Putih dan Merah serta bendera panjang berbentuk segitiga dengan warna utama Hitam, Putih, dan Merah Bata.
Kapal Panji Jayakusuma 3

Di dalam Panji Jayakusuma juga dilukiskan bentuk kapal yang menggunakan 2 tiang layar, dengan layar persegi bertingkat 2. Selain itu tiang layar belakang dan tengah menggunakan layar yang bisa diputar atau gaffsail, sehingga membuatnya tampak menjadi unik.
Kapal Panji Jayakusuma 4

Dalam KBG 139 halaman 240-241, Ibu Panji mengajak Panji pergi mengunjungi kakeknya di Kerajaan Keling. Kapal yang dilukiskan adalah kapal menggunakan 3 tiang layar, dengan layar persegi bertingkat 3, dan tiang layar belakang menggunakan layar yang bisa diputar atau gaffsail.
Kapal Panji Jayakusuma 5

Pada Panji Jayakusuma, juga dilukiskan adanya kapal yang menggunakan 2 tiang layar, dengan layar persegi bertingkat 2, dan tiang layar belakang menggunakan layar yang bisa diputar atau gaffsail.
Gambar Kapal Panji Jayakusuma 5 bagian belakang, juga terdapat gambar bendera dengan warna bertingkat. Abu-abu dengan ujung warna abu-abu muda, putih, merah, putih dan abu-abu.
Dari ilustrasi kapal dalam manuskrib Panji tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.
- Dari 5 gambar kapal Jawa yang ada, pada dasarnya terdapat persamaan. Di mana pada tiang layar belakang menggunakan layar yang bisa diputar atau gaffsail.
- Jika dilihat dari sisi tiangnya, dari kelima kapal tersebut ternyata dapat dikelompokkan ke dalam 3 kelompok. Pertama, kapal dengan 3 tiang dengan layar persegi bertingkat 5 (gambar 1). Kedua, kapal dengan 3 tiang dengan layar persegi bertingkat 3 (gambar 2 dan 4). Serta ketiga, kapal dengan 2 tiang layar dengan layar persegi bertingkat 2 (gambar 3 dan 5).
- Kelima kapal Jawa tersebut tidak dilukiskan menggunakan cadik dan dayung.
- Buritan kapal tidak berbentuk bulan sabit.
- Sistem kemudi berada di belakang kapal, terlihat jelas pada gambar 5.
- Lambung kapal dilukiskan memiliki kotak-kotak berbanjar. Kotak ini dimungkinkan merupakan tempat meriam.
Kapal Panji Jayakusuma Dalam Perbandingan
Secara umum, kapal Jawa terutama gambar 3 dan 5 memiliki kemiripan dengan galleon Spanyol yang digunakan abad 17 dan 18 (4) dan galleon Inggris. (5) Kesamaannya terletak pada 2 tiang layar dengan layar persegi bertingkat 2 serta adanya layar yang bisa diputar. Dibanding gambar 3, kapal Jawa gambar 5 lebih mirip dengan galleon karena dilukiskan bagian buritannya tinggi. Khusus kapal Jawa gambar 5, bahkan dapat dikatakan sebagai kapal tipe ghali. Sedangkan kapal Jawa gambar 3 adalah kelulus atau lancaran. Hal ini karena menurut Sejarah Melayu, antara kelulus atau lancaran dengan ghali diidentifikasikan memiliki kesamaan.
Kapal galleon Spanyol

Kapal galleon Inggris

Untuk kapal Jawa terutama gambar 2 dan 4, kiranya dapat diidentifikasi dengan lukisan malangbang atau juga ghurab. Hal ini karena malangbang dalam Hikayat Banjar dicatat lebih besar dari ghali. Sementara itu, ghurab besar dicatat sebagai kenaikan Putri Majapahit sebagaimana catatan Hikayat Raja-Raja Pasai. Sebagai kapal yang lebih besar dari ghali atau kelulus maka layar kapal, tentu harus dibuat lebih tinggi agar kapal dapat melaju guna mendapat dorongan angin yang lebih banyak. Karena itu, tiang dan layar persegi bertingkat menjadi lebih banyak.
Pada kapal Jawa gambar 1, kapal tersebut kiranya dapat diidentifikasi memiliki kemiripan dengan ciri jong Jawa. Hal ini karena layar dilukiskan demikian tinggi. Tingginya tiang melebihi tingginya tiang kelulus, ghali, dan malangbang. Tingginya tiang layar tersebut, kiranya dibuat agar kapal jong yang besar dapat melaju karena mendapat dorongan angin yang lebih banyak.
Menurut catatan Portugis, kapal jong memiliki 4 tiang dan bukan 3 tiang. Kemungkinan besar, lukisan pelukis jong tersebut belum sempurna. Jika melihat kembali gambar kapal Jawa 1, lukisan yang dibuat ternyata memiliki perbedaan dengan kapal lain. Kapal yang dilukiskan bagian buritannya tidak sempurna sebagaimana lukisan lainnya. Ketidaksempurnaan ini kiranya disengaja, di mana pelukis kapal jong tersebut menyadari kekuranglengkapan pengetahuannya akan kondisi kapal jong yang sebenarnya. Sangat menarik ternyata kapal tipe jong mirip dengan kapal tipe ghali karena bagian belakangnya tinggi. Kemungkinan besar, kapal tipe ghali adalah miniatur dari kapal tipe jong.
Dari keterangan tersebut di atas, maka dapat dikatakan jika kapal Jawa yang dilukiskan di KBG 139 adalah sebagai berikut. Gambar 1 dimungkinkan adalah jong bila menggunakan 4 tiang layer. Gambar 2 dan 4 dimungkinkan adalah malangbang. Gambar 3 dimungkinkan adalah lancaran. Gambar 5 identik dengan ghali.
Semua lukisan kapal Jawa tersebut menunjukkan jika memori masyarakat Jawa terhadap kapal yang dimilikinya pada masa lalu masih melekat sekalipun tidak lagi sempurna. Lukisan kapal Jawa di KBG 139, kini merupakan satu-satunya bukti fisik gambar kapal Jawa yang ditemukan. Gambar Kapal Jawa di KBG 139 inilah, yang digunakan Jawa untuk mengelola dan mendistribusikan perdagangannya serta menjalin interaksi dengan masyarakat internasional pada masa lalu, dan bukan kapal Borobudur. Kapal ini seperti kapal menurut deskripsi Faxian dan kapal Kun Lun Po, yang tidak dilukiskan menggunakan cadik.*
Penulis:
Irawan Djoko Nugroho
Filolog Jawa Kuna
Catatan:
- Sumanasāntaka 33.4: sang hyang candra bangun bahitra ḑatĕng ing kulĕm amawa śaśā mareng jawa (Zoetmulder, 1985:270).
- Lihat Roger M. Johson dan Daniel M. Rosyid, Tradisional Ships in East Java and Madura and Its Relevance to Majapahit Ships, London, The Royal Institution of Naval Architects, 19-20 November 2009.
- Roger M. Johson dan Daniel M. Rosyid, 2009:8.
- Lihat http://visual.merriam-webster.com/transport-machinery/maritime-transport/ancient-ships/galleon.php.
- Lihat kapal Sir Francis Drake Galleon dalam http://www.the-blueprints.com/blueprints/ships/ships-other/54843/view/ss_the_golden_hind_%5Bsir_francis_drake_ galleon%5D/.
Sumber Utama:
Irawan Djoko Nugroho Meluruskan Sejarah Majapahit, Yogyakarta: Ragam Media, 2010.
__ Majapahit Peradaban Maritim. Ketika Nusantara Menjadi Pengendali Perdagangan Dunia. Yayasan Suluh Nuswantara Bakti, Jakarta, 2011.
__ Kronogram Dalam Hikayat Hang Tuah. Analisa Struktur dan Kekerabatan Melaka-Majapahit, Jakarta: 2022.