Jakarta, CoreNews.id — Biaya logistik Indonesia menurut Kementerian Perhubungan (Kemenhub) tertinggi di ASEAN, yaitu mencapai 14,29% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Tingginya biaya logistik nasional ini tidak terlepas dari ketersediaan infrastruktur logistik yang belum terintegrasi dan merata, serta rantai pasok yang belum efisien.
Hal ini disampaikan Ketua Umum DPP Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI), Yukki Nugrahawan Hanafi di Jakarta (31/7/2025). Menurut Yukki, tingginya biaya logistik nasional ini tidak terlepas dari ketersediaan infrastruktur logistik yang belum terintegrasi dan merata, serta rantai pasok yang belum efisien.
Secara umum, pergerakan logistik di Indonesia 90% berada di darat, 9% laut, dan kurang dari 1% udara. Adapun beberapa permasalahan yang ada diantaranya adalah dari sisi kuantitas, ketersediaan jalan di Indonesia tercatat sebesar 1,2 km jalan beraspal per lahan garapan, masih berada di bawah Thailand, India, Cina yang masing-masing jalan beraspal per lahan garapannya berada pada tingkat 2,4 km, 2,9 km, dan 3,8 km.
Selain itu, permasalahan pergudangan yang terkonektivitas dengan kawasan industri terletak jauh dari pelabuhan sehingga menyebabkan munculnya choke point. Sementara itu dari sisi cargo processing bandara, terdapat keterbatasan infrastruktur dan kemampuan penanganan kargo udara yang menyebabkan rata-rata dwell time menjadi lebih lama dibandingkan negara lain. Bila rata-rata dwell time aviation di Indonesia tercatat 2,6 hari, negara seperti Thailand, Singapura, dan Malaysia dicatat masing-masing hanya 2,1 hari, 1,6 hari, dan 1,1 hari.*