Jakarta, CoreNews.id – Beberapa waktu lalu, dunia digital sempat bikin panik banyak orang. Kenapa? Karena Amazon Web Services (AWS) mengalami gangguan besar yang bikin banyak situs dan aplikasi global lumpuh. Mulai dari Signal, Coinbase, Robinhood, Zoom, Roblox, Fortnite, hingga Canva dan Duolingo ikut terdampak. Bahkan layanan pemerintah dan bisnis internasional sempat goyah karena gangguan ini.
Tapi sekarang, kabar baiknya adalah Amazon mengonfirmasi bahwa masalah utama sudah berhasil mereka atasi. AWS menyatakan bahwa insiden tersebut berasal dari unit komputasi awan mereka di data centre wilayah Virginia Utara (US-EAST-1). Menurut update resmi AWS, mereka telah mengembalikan performa EC2 (Elastic Compute Cloud) ke level normal sebelum kejadian.
Apa yang Sebenarnya Terjadi?
AWS menjelaskan bahwa masalah berasal dari jaringan internal EC2, bukan karena serangan siber. Meski begitu, dampaknya luar biasa besar. Situs pelacak gangguan Downdetector mencatat lebih dari 11 juta laporan masalah koneksi dari pengguna di seluruh dunia.
Beberapa platform yang tadinya sudah mulai pulih malah kembali mengalami error, termasuk Snapchat dan sejumlah layanan Amazon itu sendiri.
Dampak Finansialnya Ngeri!
Menurut Mehdi Daoudi, CEO Catchpoint, kerugian finansial dari gangguan ini diperkirakan bisa mencapai ratusan miliar dolar AS. Bayangin aja, jutaan pekerja nggak bisa akses tools mereka, bisnis tertunda, maskapai terganggu, bahkan pabrik bisa berhenti beroperasi.
Platform seperti Perplexity AI, Signal, Coinbase, Robinhood, Lyft, hingga beberapa bank di Inggris juga melaporkan gangguan yang disebabkan oleh outage AWS ini.
Kenapa Gangguan AWS Jadi Masalah Besar?
Karena AWS adalah salah satu pemain terbesar di dunia cloud computing, menguasai sekitar 30% pasar global, disusul Microsoft (20%) dan Google (13%). Jadi, kalau AWS tumbang, efeknya kayak domino—yang jatuh bukan hanya satu layanan, tapi banyak sekaligus.
Menurut Corinne Cath-Speth dari Article 19, gangguan seperti ini bukan cuma soal teknologi, tapi juga menyangkut kebebasan digital dan demokrasi, karena terlalu banyak layanan vital bergantung pada satu penyedia.











