Jakarta, CoreNews.id — Menteri Ketenagakerjaan Yassierli menegaskan bahwa transformasi pengelolaan sumber daya manusia (SDM) menjadi kunci utama dalam mewujudkan visi Indonesia Emas 2045. Hal itu disampaikan Yassierli dalam sambutannya pada acara puncak TOP Human Capital Awards 2025 yang digelar Majalah TopBusiness di Hotel Raffles Jakarta, Selasa (4/11/2025).
“Mereka yang mendapatkan award sudah melalui suatu mekanisme yang ketat. Semoga Bapak dan Ibu bisa mempertahankan dan menjadi role model dalam pengelolaan human capital di Indonesia,” ujar Yassierli.
Ia menjelaskan bahwa paradigma pengelolaan SDM kini bergeser dari konsep human resource yang menekankan efisiensi dan kepatuhan, menuju human capital yang berfokus pada pengembangan talenta, mobilitas, dan investasi jangka panjang. “Kita sedang journey dari human resource menuju kepada human capital,” tambahnya.
Dalam pidatonya, Yassierli menyoroti sejumlah tantangan global yang akan memengaruhi dunia kerja, seperti perkembangan kecerdasan buatan (AI), transisi hijau (green transition), serta perubahan demografi yang menjadikan milenial dan Gen Z sebagai mayoritas tenaga kerja masa depan.
“Beberapa data prediksi menunjukkan 170–180 juta pekerjaan baru akan tercipta pada tahun 2030. Namun, 92 juta pekerjaan akan hilang dan hampir 60% orang membutuhkan upskilling dan reskilling,” ujarnya.
Menteri menegaskan bahwa penciptaan lapangan kerja tidak bisa hanya menjadi tanggung jawab Kementerian Ketenagakerjaan, melainkan tugas lintas kementerian dan sektor.
“Lapangan kerja adalah PR bersama lintas kementerian. Di situlah pentingnya kolaborasi dan sinergi antarlembaga untuk memperluas kesempatan kerja,” kata Yassierli.
Sebagai langkah konkret, pemerintah menyiapkan program magang berskala nasional dengan skema subsidi upah. Dalam program tersebut, peserta akan mendapatkan uang saku setara upah minimum selama enam bulan yang dibayarkan sepenuhnya oleh pemerintah.
“Kami mengencourage terbukanya lowongan magang selama enam bulan dengan uang saku dibayar penuh oleh pemerintah sebesar upah minimum,” jelasnya.
Yassierli juga menyoroti kondisi struktural tenaga kerja Indonesia. Menurutnya, sekitar 86 persen pekerja masih berpendidikan maksimal SMA atau SMK, sehingga diperlukan desain program pelatihan yang relevan dan berkelanjutan.
“Catat, 86 persen tenaga kerja Indonesia maksimal lulusan SMA atau SMK. Jadi, upskilling atau reskilling seperti apa yang bisa kita desain untuk mereka?” ujarnya.
Bangun Budaya Organisasi dan Sinergi Dunia Usaha
Selain soal kompetensi, Yassierli menekankan pentingnya membangun budaya organisasi yang berorientasi pada manusia (people-centric organization). Ia mengingatkan bahwa orientasi jangka pendek dan target berbasis KPI tahunan dapat menghambat investasi jangka panjang pada pengembangan SDM.
“Kita berbicara AI yang harus individual by individually design. Kita berbicara personal growth, inovasi, motivasi intrinsik, dan shared purpose,” katanya.
Yassierli juga mengajak sektor swasta dan para praktisi HR untuk ikut berperan dalam menyiapkan SDM unggul yang adaptif terhadap perubahan.
“Kami dari Kementerian Ketenagakerjaan butuh dukungan. Kami mengajak dan mendorong Bapak dan Ibu untuk punya kepedulian, terpanggil melatih anak-anak muda kita,” ujarnya.
Menurutnya, transformasi SDM adalah pekerjaan kolektif antara pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat. Sinergi tersebut diyakini menjadi fondasi penting untuk membangun ekosistem ketenagakerjaan yang tangguh, inovatif, dan berdaya saing global.
Sebagai informasi, TOP Human Capital Awards merupakan ajang penghargaan tahunan Majalah TopBusiness yang menilai dan mengapresiasi praktik terbaik dalam pengelolaan SDM serta sistem manajemen talenta (Human Capital Management System/HCMS). Penyelenggaraan tahun ini mengusung tema “Talent Mobility and HCMS as Strategic Business Partner.”











