Jakarta, CoreNews.id – Australia dikejutkan oleh salah satu tragedi paling mematikan dalam sejarah modernnya setelah terjadi penembakan massal di Bondi Beach, Sydney, saat perayaan Hanukkah komunitas Yahudi. Serangan ini menewaskan 15 orang, termasuk seorang anak perempuan berusia 10 tahun, dan melukai puluhan lainnya. Pemerintah Australia secara resmi menetapkan insiden ini sebagai serangan teroris bermotif antisemitisme.
Peristiwa berdarah tersebut terjadi pada Minggu, 14 Desember, dan langsung memicu kecaman internasional serta perdebatan baru tentang keamanan dan undang-undang senjata api di negara yang dikenal memiliki regulasi senjata paling ketat di dunia.
Kronologi Kejadian
Menurut Kepolisian New South Wales (NSW), laporan pertama mengenai suara tembakan diterima pada pukul 18.47 waktu setempat. Lokasi kejadian berada di sebuah taman di kawasan Bondi Beach, tempat berlangsungnya acara “Chanukah by the Sea 2025”.
Video yang telah diverifikasi memperlihatkan kepanikan massa. Pengunjung pantai berlarian sambil berteriak ketika suara tembakan terdengar berulang kali. Beberapa rekaman menunjukkan dua orang bersenjata api menembak dari sebuah jembatan kecil dekat area parkir di Campbell Parade, mengarah ke area taman tempat acara Hanukkah berlangsung.
Dalam salah satu momen heroik yang terekam kamera, seorang warga bernama Ahmed al Ahmed, pemilik toko buah dan ayah dua anak, terlihat melumpuhkan salah satu penyerang. Meski ditembak beberapa kali, ia berhasil merebut senjata pelaku dan memaksanya mundur. Aksi tersebut dipuji luas sebagai tindakan keberanian luar biasa.
Sekitar sepuluh menit kemudian, polisi tiba di lokasi dan terlibat baku tembak dengan para pelaku. Pada pukul 22.00, kepolisian NSW secara resmi menetapkan insiden tersebut sebagai serangan teroris yang menargetkan komunitas Yahudi Sydney.
Korban Jiwa dan Luka
Sebanyak 15 orang dinyatakan meninggal dunia, dengan usia korban berkisar antara 10 hingga 87 tahun. Di antara korban tewas terdapat dua rabi, seorang penyintas Holocaust, serta seorang warga negara Israel dan Prancis.
Rabbi Eli Schlanger (41), kelahiran Inggris, yang turut membantu mengorganisasi acara tersebut, termasuk di antara korban. Ia dikenang sebagai sosok yang penuh semangat dan berdedikasi membantu sesama. Korban lainnya adalah Rabbi Yaakov Levitan, koordinator populer kegiatan Chabad di Sydney, serta Alexander Kleytman, penyintas Holocaust yang tewas saat melindungi istrinya.
Selain korban meninggal, 42 orang lainnya dilarikan ke rumah sakit. Sebanyak 24 orang masih menjalani perawatan intensif, dengan tiga di antaranya dalam kondisi kritis. Empat anak dipindahkan ke Rumah Sakit Anak Sydney untuk penanganan khusus.
Dua anggota polisi juga mengalami luka tembak. Salah satunya, Constable Scott Dyson, dilaporkan dalam kondisi serius namun stabil.
Identitas dan Latar Belakang Pelaku
Polisi menduga pelaku penembakan adalah ayah dan anak: Sajid Akram (50) dan Naveed Akram (24). Sajid tewas ditembak polisi di lokasi, sementara Naveed kini dirawat di rumah sakit dengan kondisi yang belum diungkapkan ke publik.
Sajid Akram diketahui memiliki izin resmi senjata api untuk berburu rekreasi dan terdaftar memiliki enam senjata, yang semuanya diduga digunakan dalam serangan. Ia datang ke Australia pada 1998 dengan visa pelajar dan kemudian menjadi penduduk tetap.
Sementara itu, Naveed Akram adalah warga negara Australia kelahiran lokal. Ia sempat menjadi perhatian aparat pada 2019 karena dugaan keterkaitan dengan individu tertentu, namun saat itu dinilai tidak menunjukkan ancaman langsung. Media Australia melaporkan bahwa ia memiliki hubungan dengan sel yang terinspirasi oleh kelompok Islamic State (IS).
Polisi juga mengungkap bahwa keduanya sempat bepergian ke Filipina pada November lalu. Dugaan adanya pelatihan bergaya militer masih dalam tahap penyelidikan dan belum dikonfirmasi secara resmi.
Respons Pemerintah dan Dunia Internasional
Perdana Menteri Australia, Anthony Albanese, menyebut serangan ini sebagai “aksi antisemitisme dan terorisme” serta berjanji akan memperketat undang-undang senjata api. Ia berencana mengajukan pembatasan jumlah senjata yang dapat dimiliki individu serta peninjauan rutin izin kepemilikan senjata dalam rapat kabinet nasional.
Sejumlah pemimpin dunia turut menyampaikan belasungkawa dan kecaman. Presiden Israel Isaac Herzog menyebut serangan tersebut sebagai “serangan yang sangat kejam terhadap orang Yahudi”. Raja Charles III menyatakan dirinya “terkejut dan sangat berduka” atas tragedi tersebut. Menteri Luar Negeri AS dan Australia juga melakukan pembicaraan khusus terkait serangan ini.
Di tingkat lokal, Premier NSW Chris Minns mengapresiasi solidaritas masyarakat, termasuk lonjakan donor darah dan tumpukan bunga di lokasi memorial Bondi Beach.
Tentang Hanukkah dan Acara yang Diserang
Hanukkah, dikenal sebagai Festival Cahaya, merupakan perayaan penting umat Yahudi yang mengenang kemenangan kebebasan beragama lebih dari 2.000 tahun lalu. Perayaan ini berlangsung selama delapan hari dan biasanya jatuh pada November atau Desember.
Acara “Chanukah by the Sea” yang diserang merupakan perayaan hari pertama Hanukkah, diselenggarakan oleh organisasi Chabad. Acara tersebut dijadwalkan mulai pukul 17.00 dan dihadiri sekitar 1.000 orang, dengan hiburan serta kegiatan untuk semua usia.
Sumber: BBC.com













