Nabi Ismail AS adalah putra dari Nabi Ibrahim AS dan Siti Hajar. Sejak kecil, kehidupannya penuh dengan ujian dan menjadi salah satu nabi yang terkenal dengan kesabarannya. Berikut adalah kisahnya dari lahir hingga dewasa:
1. Kelahiran Nabi Ismail AS dan Ujian Siti Hajar
Nabi Ibrahim AS dan istrinya, Siti Sarah, belum dikaruniai anak selama bertahun-tahun. Karena itu, Siti Sarah mengizinkan Nabi Ibrahim menikah dengan Siti Hajar. Dari pernikahan ini, lahirlah Nabi Ismail AS.
Namun, tak lama setelah Nabi Ismail lahir, Allah memerintahkan Nabi Ibrahim untuk membawa Siti Hajar dan bayi Ismail ke padang pasir tandus di Makkah (yang saat itu belum berpenghuni). Tanpa banyak bertanya, Nabi Ibrahim AS mengikuti perintah Allah dan meninggalkan mereka di sana dengan sedikit bekal.
Ketika Siti Hajar menyadari bahwa Nabi Ibrahim hendak pergi, ia bertanya:
“Wahai suamiku, apakah ini perintah dari Allah?”
Nabi Ibrahim menjawab, “Iya.”
Mendengar hal itu, Siti Hajar pun pasrah dan yakin bahwa Allah tidak akan meninggalkan mereka.
2. Keajaiban Zamzam
Setelah beberapa waktu, bekal air yang dibawa Siti Hajar habis, dan Ismail yang masih bayi menangis kehausan. Karena tidak tega melihat anaknya, Siti Hajar berlari-lari antara Bukit Shafa dan Marwah sebanyak tujuh kali untuk mencari air atau bantuan.
Saat itu, Allah mengirim malaikat Jibril yang kemudian menyemburkan air dari tanah, tepat di tempat Nabi Ismail menghentakkan kakinya. Air ini dikenal sebagai Air Zamzam, yang terus mengalir hingga kini dan menjadi sumber kehidupan bagi kota Makkah.
3. Nabi Ismail AS Tumbuh di Makkah
Setelah air Zamzam muncul, datanglah suku Jurhum dari Yaman yang meminta izin kepada Siti Hajar untuk tinggal di dekat sumber air tersebut. Siti Hajar mengizinkan mereka dengan syarat air Zamzam tetap menjadi milik keluarganya.
Nabi Ismail AS tumbuh menjadi pemuda yang kuat dan cerdas di lingkungan suku Jurhum. Ia belajar bahasa Arab dari mereka dan dikenal sebagai pemuda yang saleh, baik hati, dan sangat taat kepada Allah.
4. Perintah Menyembelih Nabi Ismail AS
Ketika Nabi Ismail beranjak remaja, Allah memberikan ujian berat kepada Nabi Ibrahim AS melalui sebuah mimpi. Dalam mimpi itu, Allah memerintahkan Nabi Ibrahim untuk menyembelih anaknya, Ismail sebagai tanda ketaatan kepada-Nya.
Nabi Ibrahim dengan berat hati menceritakan mimpinya kepada Ismail dan bertanya bagaimana pendapatnya. Dengan penuh kepatuhan, Nabi Ismail menjawab:
“Wahai ayahku, lakukanlah apa yang diperintahkan kepadamu. InsyaAllah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.”
(QS. As-Saffat: 102)
Ketika Nabi Ibrahim hendak menyembelih putranya, Allah menggantinya dengan seekor domba besar, sebagai bukti bahwa ujian telah berhasil dilewati. Peristiwa ini menjadi asal mula ibadah kurban dalam Islam.
5. Nabi Ismail AS dan Pembangunan Ka’bah
Setelah peristiwa kurban, Nabi Ismail AS semakin dewasa dan menikah dengan seorang wanita dari suku Jurhum.
Suatu hari, Nabi Ibrahim kembali ke Makkah dan mendapat perintah dari Allah untuk membangun Ka’bah sebagai rumah ibadah pertama di bumi. Nabi Ismail AS membantu ayahnya mengangkat batu dan membangun fondasi Ka’bah.
Saat membangun Ka’bah, mereka berdoa:
“Ya Tuhan kami, terimalah dari kami (amal kami). Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
(QS. Al-Baqarah: 127)
Nabi Ismail juga yang kemudian mengajarkan ibadah haji kepada umat manusia.
6. Nabi Ismail AS sebagai Nabi dan Pemimpin
Nabi Ismail diangkat sebagai nabi dan meneruskan dakwah ayahnya dengan mengajak manusia untuk menyembah Allah. Ia dikenal sebagai nabi yang penyabar dan pemimpin yang bijaksana.
Allah memuji Nabi Ismail dalam Al-Qur’an:
“Dan ceritakanlah (kisah) Ismail di dalam Kitab (Al-Qur’an). Sesungguhnya ia adalah seorang yang benar janjinya, dan dia adalah seorang rasul dan nabi.”
(QS. Maryam: 54)
Nabi Ismail AS hidup hingga usia sekitar 130 tahun dan dimakamkan di dekat Ka’bah bersama ibunya, Siti Hajar.
Hikmah dari Kisah Nabi Ismail AS
- Kesabaran dan Tawakal – Siti Hajar menerima perintah Allah dengan penuh keyakinan, sehingga Allah memberinya keajaiban Zamzam.
- Ketaatan kepada Allah – Nabi Ismail rela disembelih demi menjalankan perintah Allah, menunjukkan tingkat keimanan yang luar biasa.
- Pengorbanan dalam ibadah – Peristiwa penyembelihan Nabi Ismail menjadi asal usul ibadah kurban dalam Islam.
- Pentingnya membangun tempat ibadah – Nabi Ismail membantu ayahnya membangun Ka’bah, yang kini menjadi kiblat umat Islam.
- Menjadi pemimpin yang baik – Nabi Ismail tumbuh menjadi pemimpin yang jujur, sabar, dan bertanggung jawab.