Corenews.id
No Result
View All Result
  • Trending
  • News
    • Nasional
    • Internasional
    • Metropolitan
    • Daerah
  • Politik
    • Pemilu
  • Hukum
  • Pariwara
  • Bisnis
    • Keuangan
    • Ekonomi
    • Properti
    • Pasar Modal
  • Tekno
  • Gaya Hidup
  • Humaniora
  • Olah Raga
  • Tokoh
  • Opini
Corenews.id
No Result
View All Result

RA Kartini: Cahaya Perempuan Nusantara yang Tak Pernah Padam

by Abdullah Suntani
21 April 2025 | 11:23
in Tokoh
Ra Kartini

Istimewa

Bagikan sekarang:

Jakarta, CoreNews.id – Setiap 21 April, nama Raden Ajeng Kartini menggema di seluruh penjuru negeri. Ia dikenal sebagai ikon emansipasi perempuan di Indonesia. Namun di balik popularitasnya, tersimpan kisah inspiratif yang jarang tersorot—kisah tentang tekad, kecerdasan, dan keberanian melampaui batas-batas zamannya.

Kartini lahir pada 21 April 1879 di Mayong, Jepara, Jawa Tengah. Terlahir dari keluarga bangsawan Jawa, Kartini tumbuh dalam lingkungan yang melek terhadap pentingnya pendidikan. Ayahnya, Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, adalah bupati Jepara yang berpikiran maju dan mendukung pendidikan, bahkan bagi anak perempuan—sebuah pemikiran yang cukup langka di masa itu.

Namun, meski berada di lingkungan yang relatif terbuka, Kartini tetap tak lepas dari kungkungan adat dan sistem feodal yang mengatur ketat kehidupan perempuan.

Di usia muda, Kartini menunjukkan kecintaan luar biasa pada ilmu pengetahuan. Ia bercita-cita melanjutkan pendidikan ke Belanda—impian besar untuk seorang perempuan Jawa di masa penjajahan Belanda. Namun realita berkata lain. Sistem yang membelenggu perempuan membuatnya hanya bisa menempuh pendidikan dasar sebelum akhirnya harus “dipingit”.

Meski begitu, Kartini tidak menyerah. Ia menjadikan surat-menyurat dengan sahabat-sahabat penanya di Eropa sebagai jalan untuk terus belajar, menyerap ilmu, dan menyuarakan gagasan.

“Habis Gelap Terbitlah Terang”

Kumpulan surat Kartini yang kemudian dibukukan dalam “Door Duisternis tot Licht” atau Habis Gelap Terbitlah Terang, menjadi warisan pemikiran paling monumental. Dalam setiap lembar suratnya, tergambar semangat Kartini melawan ketidakadilan, memperjuangkan hak perempuan atas pendidikan, dan menggugat tradisi patriarki yang mengekang kebebasan.

Surat-surat itu bukan hanya curahan hati, tetapi juga bentuk perlawanan intelektual yang tajam dan berani—mewakili suara perempuan Indonesia yang selama ini dibungkam.

READ  Dikenali Kritis, Inilah Profil Singkat Mendiang Faisal Basri

Kartini tidak turun ke jalan, tidak mengangkat senjata. Tapi perjuangannya justru hadir dalam bentuk paling sunyi dan sulit: melawan tradisi dalam lingkup domestik yang membatasi perempuan hanya pada peran istri dan ibu.

Dalam segala keterbatasan, Kartini tetap teguh. Ia mendirikan sekolah untuk perempuan di Jepara sebagai langkah konkret memperluas akses pendidikan bagi kaum hawa. Dari ruang kecil di rumahnya, Kartini menyalakan obor kesadaran yang kemudian menjalar ke seluruh penjuru negeri.

Warisan yang Menginspirasi Generasi

Lebih dari seabad berlalu, semangat Kartini terus hidup. Perjuangannya membuka jalan bagi lahirnya perempuan-perempuan hebat Indonesia di berbagai bidang. Ia membuktikan bahwa perubahan besar bisa dimulai dari sebuah ide, dari secarik surat, dari keberanian seorang perempuan yang berani bermimpi.

Kini, Kartini bukan sekadar nama jalan atau tanggal merah dalam kalender. Ia adalah simbol perlawanan, simbol harapan, simbol bahwa perempuan Indonesia layak bermimpi, berpendidikan, dan berdaya.

Di era digital ini, perjuangan Kartini belum usai. Ketimpangan gender, stereotip perempuan, hingga kekerasan berbasis gender masih menjadi pekerjaan rumah bangsa ini. Maka, tugas kita hari ini bukan hanya mengenang, tetapi juga melanjutkan perjuangan Kartini—dengan suara, tindakan, dan keberanian.

Semangat Kartini harus terus digaungkan dalam ruang-ruang kelas, meja redaksi, parlemen, hingga jagat media sosial. Karena selama masih ada ketidakadilan, semangat Kartini tetap relevan. Dan selama perempuan masih berani bermimpi dan bersuara, cahaya Kartini tak akan pernah padam.


Tags: RA KartiniTokoh emansipasi wanita
Previous Post

Tragis! Pria di Serang Bunuh dan Mutilasi Pacar yang Minta Dinikahi karena Hamil

Next Post

Indonesia Harus Evaluasi Selepas Konsorsium Korsel Batalkan Proyek Rantai Pasok Baterai Rp130 T

Next Post
Keputusan Konsorsium Korea Selatan tersebut mendapat tanggapan dari ekonom dari Universitas Paramadina Wijayanto Samirin di Jakarta (20/4/2025). Menurut Wijayanto, penyebab Konsorsium Korsel memutuskan tersebut sesungguhnya dikarenakan dua hal, yakni faktor pasar dan lingkungan investasi.

Indonesia Harus Evaluasi Selepas Konsorsium Korsel Batalkan Proyek Rantai Pasok Baterai Rp130 T

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

PARIWARA

Dewan Juri TOP BUMD Awards 2025 Gelar Media Visit ke BPR Eks Bapas

Dewan Juri TOP BUMD Awards 2025 Gelar Media Visit ke BPR Eks Bapas

19 Agustus 2025 | 11:12
top-human-capital-awards-2025-talent-mobility-hcms

TOP Human Capital Awards 2025: Ajang Apresiasi dan Pembelajaran Human Capital Terbesar di Indonesia

11 Agustus 2025 | 17:00
semen merah putih mou algaepark indonesia

Tekan Emisi Karbon Lewat MPTree, Semen Merah Putih Gandeng Algaepark Indonesia

23 Mei 2025 | 16:02
Green movement pertamina

Pertamina Luncurkan Green Movement, Wujud Nyata Komitmen ESG

8 Mei 2025 | 14:00
Logo Danantara

Presiden Prabowo Resmikan Badan Pengelola Investasi DANANTARA

12 Maret 2025 | 09:00
Kepala BPJPH Ahmad Haikal Hasan

BPJPH Bersinergi dengan 11 Mitra Permudah Sertifikasi Produk Halal

18 Februari 2025 | 17:00

POPULER

Dewan Juri TOP BUMD Awards 2025 Gelar Media Visit ke BPR Eks Bapas

Dewan Juri TOP BUMD Awards 2025 Gelar Media Visit ke BPR Eks Bapas

19 Agustus 2025 | 11:12
18 Agustus 2025 Ditetapkan Hari Libur Nasional HUT RI ke-80

80 Tahun Indonesia, Mensyukuri Nikmat Kemerdekaan

19 Agustus 2025 | 05:38
“Ceria Batara untuk Indonesia, Merajut Persatuan di HUT RI ke-80”

“Ceria Batara untuk Indonesia, Merajut Persatuan di HUT RI ke-80”

17 Agustus 2025 | 11:47
Sejarah Pembangunan Ka’bah

Sejarah Pembangunan Ka’bah

17 Februari 2025 | 16:36
28 Jemaah Haji Indonesia Wafat, Kemenkes Imbau Jaga Kesehatan dan Kurangi Aktivitas Berat

Ibadah Haji, Komitmen dan Realisasinya

10 Juni 2025 | 14:42
Dengan diketahuinya celurit yang tidak lain adalah krětāla atau senjata asli dalam sejarah Jawa Kuna menurut kajian arkeologis dan filologis, maka Sakera atau Sadiman atau Sagiman sebagai sosok yang melakukan perlawanan terhadap kebijakan Belanda dengan celurit sebagai senjata, dapat dikatakan merupakan sosok yang mempopulerkan kembali celurit sebagai sebuah senjata pembunuh.

Celurit Dalam Tinjauan Sumber Arkeologis dan Filologis

28 Februari 2024 | 04:10
  • Redaksi Corenews.id
  • Pedoman Media Siber
  • Email Login

Corenews.id | All Rights Reserved

No Result
View All Result
  • Trending
  • News
    • Nasional
    • Internasional
    • Metropolitan
    • Daerah
  • Politik
    • Pemilu
  • Hukum
  • Pariwara
  • Bisnis
    • Keuangan
    • Ekonomi
    • Properti
    • Pasar Modal
  • Tekno
  • Gaya Hidup
  • Humaniora
  • Olah Raga
  • Tokoh
  • Opini

Corenews.id | All Rights Reserved