Jakarta, CoreNews.id – Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu’ti dan Menteri Kebudayaan (Menbud) Fadli Zon memperingatkan orang tua tentang bahaya permainan online Roblox bagi anak-anak. Gim ini dinilai mengandung unsur kekerasan dan sadisme yang berisiko ditiru oleh anak.
Berikut penjelsan singkatnya, diolah dari sejumlah pemberitaan media nasional, 9/08/2025.
Roblox Picu Perilaku Kekerasan pada Anak
Menbud Fadli Zon menyatakan dukungannya atas larangan Mendikdasmen terhadap Roblox. Menurutnya, konten kekerasan dalam gim dapat memicu perilaku tiruan (copycat) pada anak.
“Game yang mempromosikan kekerasan atau sadisme bisa berbahaya dan memicu anak meniru adegan tersebut,” ujar Fadli di Jakarta (7/8/2025).
Ia menekankan pentingnya pengawasan orang tua dan batasan usia dalam bermain gim, mirip dengan sistem rating di film.
Anak SD Rentan Meniru Adegan Kekerasan
Sebelumnya, Mendikdasmen Abdul Mu’ti melarang murid sekolah dasar (SD) bermain Roblox karena banyak adegan berbahaya.
“Jangan main Roblox karena ada adegan berantem dan kata-kata kasar. Anak SD belum bisa bedakan mana yang nyata dan rekayasa,” tegas Mu’ti (4/8/2025).
Anak usia SD disebut sebagai peniru ulung. Jika melihat adegan kekerasan di gim, mereka bisa menganggapnya normal dan menirunya di dunia nyata.
Solusi: Pendampingan dan Literasi Digital
Mu’ti mengimbau orang tua untuk:
- Mendampingi anak saat bermain gim.
- Memilih konten edukatif dan menghindari yang mengandung kekerasan.
- Memperkuat literasi digital sejak dini.
Pemerintah juga telah meluncurkan Program Tunas bersama Kementerian Komunikasi dan Digital untuk melindungi anak di dunia online.
Apa yang Bisa Orang Tua Lakukan?
- Batasi waktu bermain gim.
- Gunakan fitur parental control.
- Ajak anak diskusi tentang bahaya konten negatif.
Dengan kerja sama antara sekolah, orang tua, dan pemerintah, dampak buruk gim seperti Roblox bisa diminimalisir.