Jakarta, CoreNews.id – Ajaran Islam memandu prinsip kebebasan, perdamaian, dan peradaban dalam tata kehidupan di ruang publik. Doktrin Islam secara tegas menolak praktik pemaksaan dan permusuhan.
Guru Besar UIN Jakarta Ahmad Tholabi Kharlie menyebutkan kebebasan sebagai salah satu nilai dasar dalam ajaran Islam. Karenanya, isu kebebasan bukanlah hal asing bagi Islam. “Al-Qur’an mengajarkan kita untuk tidak ada paksaan dalam beragama, dan prinsip kebebasan ini diperluas dalam berbagai dimensi kehidupan, termasuk kebebasan berpikir dan berekspresi dalam kerangka tanggung jawab moral,” ujar Tholabi sebagai pembiacara kunci dalam Konferensi Internasional Studi Islam ke-10 di Fakultas Dirasat Islamiyah wal ‘Arabiyyah, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, Rabu (14/5/2025).
Lebih lanjut, Wakil Rektor Bidang Akademik UIN Jakarta ini menyebutkan isu perdamaian juga lekat dengan Islam. Hal ini secara etimologi Islam berasal dari kata “salam” yang berarti kedamaian. Menurut dia, dalam pandangan Islam, perdamaian bukan hanya tujuan politik, tetapi juga nilai etik yang mendalam yang harus dijunjung tinggi oleh setiap umat. “Islam mengajarkan pentingnya hidup berdampingan dalam kedamaian, saling menghormati, dan menghindari kekerasan dalam menyelesaikan perbedaan,” urai Tholabi.
Dalam kesempatan tersebut, Pengurus Pusat Asosiasi Pengajar HTN-HAN ini menyebutkan terminologi jihad dalam Islam dimaknai sebagai upaya pembelaan dari penindasan dan agresi. Hal ini sejalan dengan prinsip menghormati perjanjian dan kontrak, serta melarang tindakan agresi. “Jihad dalam Islam bukanlah penyerangan atau ekspansi, tetapi sebuah pembelaan yang sah terhadap penindasan dan agresi,” jelasnya.
Menurut Tholabi, dialog ilmiah yang berkualitas akan mempererat hubungan antara pemikir Islam internasional khususnya dalam mengkaji peran sentral Islam dalam membangun kebebasan, perdamaian, dan peradaban yang lebih baik di dunia. “Pertukaran ilmu pengetahuan adalah salah satu jalan terbaik untuk membangun masa depan yang berdasar pada pemahaman, perdamaian, dan pembangunan yang berkelanjutan,” tegas Tholabi.
Di akhir sambutannya, Tholabi menyampaikan harapan agar konferensi yang diikuti oleh sejumlah peserta secara hybrid dari kalangan akademisi dan praktisi di bidang studi Islam ini tidak hanya menjadi ajang akademik, tetapi juga menjadi langkah konkret untuk membangun masa depan yang lebih baik, berdasarkan prinsip kebebasan yang bertanggung jawab, perdamaian, dan peradaban yang berkelanjutan. “Semoga konferensi ini membawa dampak positif bagi kemajuan ilmu pengetahuan dan kehidupan umat manusia,” harapnya.